BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang Penelitian
1
|
Kinerja
keuangan suatu perusahaan dapat dilihat pada laporan keuangan yang diterbitkan
setiap periode oleh perusahaan tersebut. Dari laporan keuangan tersebut akan
memberikan informasi yang diperlukan oleh pihak-pihak yang memerlukan. Laporan
keuangan terdiri dari, neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Dalam
Setyowati (2008), dijelaskan bahwa menurut IAI (2002) untuk mendapatkan
kualifikasi informasi yang berguna maka laporan keuangan harus memiliki empat
karakteristik kualitatif pokok, yaitu dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan
dan dapat dibandingkan. Dapat dipahami maksudnya kualitas terpenting yang
ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dipahami oleh pemakai. Relevan maksudnya
adalah informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu. Dapat
dibandingkan maksudnya pemakai harus dapat membandingkan laporan masa
mendatang.
Analisis
laporan keuangan dikatakan mempunyai kegunaan apabila dapat dipakai untuk memprediksi
fenomena ekonomi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan
salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk mendukung
pengambilan keputusan yang tepat.
Menurut
Harianto dan Sudono dalam Meriewaty (2005) para pengguna dan pemanfaat laporan
keuangan adalah pemegang saham, investor, manajer, karyawan, pemasok dan
kreditur, pelanggan,pemerintah dan pengguna lainnya. Antara pengguna laporan
keuangan yang satu dengan yang lainnya mempunyai kepentingan yang berbeda.
Pemegang saham akan menilai kinerja manajemen sebagai pihak yang diberi
tanggung jawab untuk menjalankan dana pemegang saham. Investor memerlukan
informasi keuangan untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau
menjual investasinya. Karyawan berkepentingan terhadap laporan keuangan agar
perusahaan selalu berkembang dan menghasilkan laba, di samping itu untuk melihat
rencana pensiun di masa depan. Dari uraian di atas dapt diketahui bahwa laporan
keuangan disusun untuk menyediakan informasi keuangan mengenai suatu
perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan ini diharapkan akan digunakan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan sebagai dasar pertimbangan dalam pembuatan
keputusan ekonomi (Harnanto, 1994:9).
Di
dalam Financial Accounting Standard Board
(FASB) Statement Of Financial Accounting Concept No. 1, dinyatakan bahwa
sasaran utama pelapor keuangan adalah informasi tentang prestasi perusahaan
yang disajikan melalui pengukuran laba dan komponennya. Laba perusahaan
diperlukan untuk kepentingan kelangsungan hidup perusahaan dan ketidakmampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba akan menyebabkan tersingkirnya perusahaan dari
perekonomian. Untuk memperoleh laba perusahaan harus melakukan kegiatan
operasional. Kegiatan operasional ini dapat terlaksanakan jika perusahaan
mempunyai sumber daya. Sumber daya perusahaan tercantum dalam neraca dan
hubungan antara unsur-unsur yang membentuk neraca dapat ditunjukkan oleh rasio
keuangan.
Jadi
dapat ditarik pemahaman bahwa hubungan antara
analisis rasio keuangan dengan kinerja keuangan adalah dengan menggunakan
analisis rasio keuangan maka perusahaan dapat merencanakan dan mengatur segala
kebutuhan perusahaan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan dalam mencapai dan
meningkatkan apa yang di cita-citakan perusahaan.
Berdasarkan peranan pentingnya dari rasio
keuangan maka penelitian ini dilakukan pada perusahaan kosmetik dan keperluan
rumah tangga (household) yang go publik. Pasar global memungkinkan
setiap perusahaan dapat berinteraksi dengan bebas di seluruh belahan dunia. Hal
ini menyebabkan persaingan yang cukup tajam antara produk dalam negeri dengan
produk impor. Termasuk salah satunya produk kosmetik dan keperluan rumah tangga
di Indonesia yang mendapat serbuan tajam dari produk-produk impor dari
perusahaan China dan perusahaan asing lainnya. Hal ini menyebabkan pangsa pasar
produk dalam negeri menjadi tersaingi. Perusahaan-perusahaan kosmetik dan
keperluan rumah tangga harus memiliki pondasi kinerja yang cukup kuat untuk
bersaing di pasar. Oleh sebab itu perusahaan harus selalu memperhatikan kinerja
perusahaannya sehingga perusahaan tersebut akan tetap eksis walaupun serangan
produk impor terus terjadi.
Beberapa
penelitian tentang manfaat analisis laporan keuangan dengan menggunakan
rasio-rasio keuangan telah banyak dilakukan, antara lain Beaver (1966) yang
menggunakan 30 rasio keuangan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan,
kemudian Altman (1968) menemukan suatu formula “Z-score”. O’Connor (1973) memprediksi keuntungan saham dengan 10
rasio keuangan. Machfuedz (1994) menggunakan 47 rasio yang kemudian diseleksi
menjadi 13 rasio keuangan dalam memprediksi perubahan pendapatan pada
perusahaan manufaktur di Indonesia. Selain itu, Dian dan Astuti (2005)
menggunakan 14 rasio untuk menilai perubahan kinerja perusahaan dan
menghasilkan bahwa rasio Total Debt to Total Asset, Total Assets Turnover,
Return On Invesment dan Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap perubahan
kinerja perusahaan tersebut.
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dan membuat
karya ilmiah dengan judul “Pengaruh
Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Kosmetik dan Household
yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
1.1.Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
“apakah rasio keuangan berpengaruh terhadap nilai kinerja keuangan perusahaan
kosmetik dan household yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”
1.2.Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
apakah pengaruh rasio keuangan terhadap nilai kinerja keuangan perusahaan
kosmetik dan household yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3.Manfaat
Penelitian
Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara
teoritis bermanfaat untuk menambah literatur dan study kepustakaan bagi
peneliti-peneliti selanjutnya.
2. Secara
praktis diharapkan bisa berguna bagi perusahaan kosmetik dan household yang
bersangkutan agar perusahaan tersebut mengetahui tingkat kinerjanya dan dapat
meningkatkan kemballi kinerja keuangannya.
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
Kalo sempat kepustaka cari
buku Sofyan Syafri Harahab,.. Analisis Kritis Terhadap Laporan Keuangan.Cari
yang terbaru (2004) dan ganti halaman kutipan dan daftar pustaka
2.1. Kinerja
Keuangan
2.1.1. Pengertian
Kinerja Keuangan
Informasi
akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggungjawaban kinerja manajer.
Karena penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia
dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi
atau perusahaan. Kemungkinan yang lain adalah digunakannya informasi akuntansi
bersamaan dengan informasi non akuntansi untuk menilai kinerja manajer atau
pimpinan perusahaan.
Menurut Mangkunegara (2000:67) dalam Fianka (2008), Kinerja ( prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kemudian menurut Sulistiyani (2003:223) dalam Fianka (2008), “Kinerja seseorang merupakan kombinasi
dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya”.
Sedangkan menurut Hasibuan (2003:34) dalam Fianka (2008) mengemukakan bahwa “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu
hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.
Menurut Rivai (2004:309) dalam Fianka (2008) mengemukakan bahwa kinerja adalah merupakan perilaku yang
nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawan sesuai perannya dalam perusahaan.
Menurut Mulyadi (1997:419) dalam Sucipto (2003:1), penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas
operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan
sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan menurut Hastuti (2005) dalam Pranata (2007:19),
kinerja perusahaan adalah hasil
banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh
manajemen. Oleh karena itu untuk menilai
kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan
ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran
komparatif. Kinerja keuangan merupakan
salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi
dalam rangka mencapai tujuannya. Efektifitas apabila manajemen memiliki
kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi diartikan sebagai
ratio (perbandingan) antara masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu
memperoleh keluaran yang optimal.
Sehingga dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, kinerja
keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu ang dapat mengukur
keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.
2.1.2. Tujuan
Penilaian Kinerja
Setiap kebijakan dan aturan yang ditetapkan oleh sebuah perusahaan terhadap
manajemennya tentu memiliki tujuan yang bermanfaat bagi manajemen itu sendiri.
Begitu pula penilaian kinerja suatu perusahaan juga memiliki tujuan yang
diperhatikan oleh perusahaan. Penilaian kinerja diperlukan oleh manajemen untuk
mengetahui bagaimana kualitas manajemen
organisasi maupun manajemen keuangan perusahaan tersebut. Menurut Mulyadi dalam Sucipto (2003:2),
penilaian kinerja bertujuan “untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya
agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat
berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.
Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya
dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diingikan melalui
umpan balik hasil kinerja dan waktu serta penghargaan baik yang bersifat
instrinsik dan ekstrinsik.
Sedangkan menurut Darmawati (2004) dalam Pranata (2007:20) adalah
1. Untuk keperluan merger dan akuisisi.
Perusahaan akan melakuakan merger (penggabungan usaha)
atau mengakuisisi perusahaan lain, jelas memerlukan kegiatan penilaian untuk
mengetahui berapa nilai perusahaan dan nilai ekuitas dari masing-masing
perusahaan.
2. Untuk kepentingan restrukturisasi dan kepentingan
usaha.
Perusahaan yang bermasalah seringkali memerlukan
penilaian untuk mengimplementasikan program pemulihan usaha atau
restrukturisasi, untuk mengetahui apakah nilai usaha lebih besar daripada nilai
likuiditasnya.
3. Untuk keperluan divestasi sebagai saham perusahaan
dari mitra strategis (beberapa saham harus dilepas kepada mitra baru). Contoh:
privatisasi BUMN.
4. Untuk Initial
Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan menjual sahamnya pada umum atau
bursa, harus dinilai dengan menggunakan penilaian yang wajar untuk ditawarkan
kepada masyarakat atau public.
5. Untuk memperoleh pendapatan wajar atas penyertaan
dalam suatu perusahaan atau menunjukkan bahwa perusahaan bernilai lebih dari
apa yang ada di dalam neraca.
6. Memperoleh pembelanjaan penetapan besarnya pinjaman
atau tambahan modal.
2.2. Rasio
Keuangan
2.2.1. Pengertian
Rasio Keuangan
Perencanaan yang tepat adalah kunci keberhasilan seorang manajer.
Perencanaan yang baik harus bisa dihubungkan dengan kekuatan dan kelemahan
perusahaan itu sendiri. Salah satu analisis untuk membuat perencanaan dan
pengendalian keuangan yang baik adalah dengan melakukan analisis rasio
keuangan. Rasio keuangan merupakan alat
analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan
perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca,
laporan laba/rugi, laporan aliran kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau
perimbangan (mathematical relationship)
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Menurut Harahap
(1997) Rasio
keuangan merupakan angka yang diperoleh dari perbandingan dari satu pos laporan
keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan
signifikan.
Selain itu pengertian lain
menyebutkan, Pengertian “ Rasio “
merupakan alat yang dinyatakan dalam arithmetical term yang dapat digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial. Analisis
rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat
keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek di masa
datang. Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi,
yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan
tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan
keuangan.
Analisis
rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar
penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis
rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai resiko dan peluang di masa yang akan
datang. Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan
yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti
dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan. Tetapi bila hanya
memperhatikan satu alat rasio saja tidaklah cukup, sehingga harus dilakukan
pula analisis persaingan-persaingan yang sedang dihadapi oleh manajemen
perusahaan dalam industri yang lebih luas, dan dikombinasikan dengan analisis
kualitatif atas bisnis dan industri manufaktur, analisis kualitatif, serta
penelitian-penelitian industri.
2.2.2. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Banyak para ahli yng menyodorkan jenis-jenis rasio keuangan yang menurut
mereka cocok untuk memahami perusahaan. Namun secara umum jenis rasio yang
sering digunakan adalah sebagai berikut:
a. Rasio Liquiditas
b. Rasio Laverage
c. Rasio Aktivitas
d. Rasio Profitabilitas
a.
Rasio Liquiditas
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban
jangka pendeknya.
Beberapa rasio
liquiditas adalah sebagai berikut
1.
Rasio
Lancar (Current Ratio)
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar
menutupi kewajiban lancar. Rumusnya adalah
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang
lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka
pendeknya.
2.
Rasio Kas ( Cash
Ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk membayar hutang
jangka pendek dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat
segera diuangkan. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
3.
Rasio Cepat
( Quick Ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang
paling liquid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin
baik. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
4.
Working
Capital to Total Assets Ratio
Rasio ini
menunjukkan liquiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Rumusnya adalah
sebagaai berikut:
b.
Rasio Leverage
Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang
perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan
yang digambarkan oleh modal. Beberapa jenis rasio ini antara lain sebagai
berikut:
1.
Total Debt to
Total Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang menjadi
jaminan untuk keseluruhan hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
2.
Total debt to
Total Capital Assets
Rasio ini meneggambarkan berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang
dibelanjai dengan hutang. Atau berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk
menjamin hutang. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
3.
Long Term Debt to
Equity Ratio
Rasio ini menggambarkan bagian dari setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang. Rumus untuk
menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
4.
Tangible Assets Debt
Coverage
Rasio ini menggambarkan besarnya aktiva tetap tangible
yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang setiap rupiahnya. Rasio ini
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
5.
Times Interest
Earned Ratio
Besarnya
jaminan keuntungan untuk membayar bunga utang jangka panjang. Rumus menghitung
rasio ini adalah sebagai berikut:
c.
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menggambarkan
aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam kegiatan penjualan, pembelian dan
kegiatan lainnya. Rasio ini diantaranya :
1.
Total Aseets
Turnover
Rasio ini menggambarkan Kemampuan dana yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal
yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Rasio ini dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
2. Receivable
Turnover
Rasio ini menggambarkan
kemampuan
dana yang tertanam dalam piutang dalam piutang berputar dalam suatu periode
tertentu. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
3. Average
Collection Periode
Rasio
ini menggambarkan periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang.
Rumus untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
4.
Inventory Turnover
Rasio ini menggambarkan
Kemampuan
dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu atau
likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
5. Average
day’s Inventory
Rasio ini menggambarkan
Periode
menahan persediaan rata-rata periode rata-rata persediaan barang berada di
gudang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
6. Working
Capital Turnover
Rasio ini menggambarkan
kemampuan
modal kerja (netto) berputar dalam suatu periode siklus kas ( cash cycle ) dari
perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
d.
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang
ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan sebagainya.
Beberapa rasio profitabilitas diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Gross
Profit Margin
Rasio
ini menggambarkan laba bruto per rupiah penjualan. Rumus untuk menghitung rasio
ini adalah:
2. Operating
Profit Margin
Rasio
ini menggambarkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh
setiap rupiah penjualan. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut:
3. Operating
Rasio
Rasio ini menggambarkan
biaya
operasi per rupiah penjualan, makin besar rasio ini semakin buruk. Rumus untuk
menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
4. Net
Profit Margin
Rasio
ini menggambarkan keuntungan neto per rupiah penjualan. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
5. Earning
Power of total Investment ( Rate of Return on Total assets)
Rasio ini menggambarkan
kemampuan
dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
6. Net
Earning Power Ratio ( ROI / Return On Invesment)
Rasio
ini menngambarkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Rasio ini dapat dihitung dangan
rumus sebagai berikut:
7. Rate
Of Return For The Owners ( Rate Of Return On Net Worth)
Rasio ini mengambarkan kemampuan
dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen
dan saham biasa.
Rumus untuk
menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
8. Return
On Asssets ( ROA)
Rasio
ini menggambarkan perputaraan aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin
besar rasio ini semakin baik kerena aktiva akan lebih cepat berputar dan
memperoleh laba. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
9. Return
On Equity ( ROE)
Rasio
ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih diukur bila diukur dari
modal pemilik. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2.2.3.
Metode Pendekatan Analisis Rasio Keuangan
Ada dua metode pendekatan analisis rasio keuangan, yaitu:
1.
Pendekatan Lintas Seksi (Cross Sectional Approach). Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya
yang sejenis pada saat bersamaan. Dengan cara ini dapat diketahui apakah
perusahaan yang bersangkutan berada di atas, berada pada rata-rata, atau berada
dibawah rata-rata industri.
2. Pendekatan
Runtut Waktu (Time Series Analysis)
Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial
perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Dengan membandingkan antara
rasio-rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio dimasa lalu yang dapat
memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran.
Perkembangan perusahaan terlihat dari tahun ke tahunnya, dan dengan melihat
perkembangan ini perusahaan akan dapat membuat rencana untuk masa depannya.
2.2.4.
Keunggulan
Rasio Keuangan
Menurut Harahap (1998)
Analisis rasio keuangan memiliki keunggulan antara lain :
1.
Rasio
merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan.
2.
Merupakan
pengganti yng lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan
yang sangat rinci dan rumit.
3.
Mengetahui
posisi perusahaan di tengah industri lain.
4.
Sangat
bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan
model prediksi ( Z Score)
5.
Menstandarisir
size perusahaan.
6.
Lebih
mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat
perkembangan perusahaan secara periodik.
7.
Lebih
mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan
datang.
2.2.5. Manfaat
Analisis Rasio Keuangan
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengkaji manfaat yang bisa
dipetik dari analisis rasio keuangan. Seperti Altman (1968), merupakan
penelitian awal yang mengkaji pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai alat
untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dengan menggunakan analisis
diskriminan, fungsi diskriminan akhir yang digunakan untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan memasukkan rasio-rasio keuangan berikut: working capital/total assets, retained
earnings/total assets, earnings before interest and taxes/total assets, market
value equity/book value of total debt, sales/total assets. Secara umum
disimpulkan bahwa rasio-rasio keuangan tersebut bisa digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan, dengan pendekatan multivariate. Dengan
kata lain, pendekatan multivariate rasio keuangan bisa memberikan hasil yang
lebih memuaskan.
2.2.6.
Keterbatasan
Analisis Rasio Keuangan
Selain memiliki
keunggulan dan manfaat seperti yang telah dibahas di atas, rasio keuangan juga
memiliki beberapa keterbatasan dan kelemahan. Menurut
Purnonugroho (2009), keterbatasan laporan keuangan, antara lain:
1. Rasio tersebut dibentuk dari data
akuntansi dan data ini dipengaruhi oleh cara penafsirannya dan bahkan dapat
dimanipulasi.
2. Seorang manajer keuangan harus
berhati-hati dalam penilaian apakah suatu rasio tertentu baik atau buruk dalam
penilaian gabungan tentang sebuah perusahaan, berdasarkan suatu kumpulan
rasio-rasio.
3. Kecocokan dengan rasio gabungan
industri bukan suatu jaminan bahwa perusahaan tersebut sedang berjalan normal
dan dipimpin dengan baik.
4. Dalam menganalisa setiap rasio,
angka-angka yang diperoleh dan perhitungan tidak dapat berdiri sendiri. Rasio
tersebut akan berarti bila setidaknya satu dari dua hal ini dipenuhi 1)Adanya
perbandingan dengan perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat resiko yang
hampir sama; 2)Adanya analisa kecenderungan (trend) dari setiap rasio pada
tahun-tahun sebelumnya.
5.
Pencapaian
target sesuai dengan rata-rata industri tidak menunjukkan kinerja perusahaan
yang baik. Kebanyakan perusahaan justru menginginkan tingkat yang lebih baik
dari rata-rata industri. Oleh karena itu lebih tepat jika difokuskan pada
industry leader's ratios.
Sedangkan menurut Harahap (1998),
keterbatasan analisis rasio keuangan antara lain:
1.
Kesulitan
dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan
pemakainya.
2.
Keterbatasan
yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik
ini seperti;
a.
Bahan
perhitungan rasio atau laporan keuanga itu banyak mengandung taksiran dan
jugment yang dapat dinilai bias;
b.
Nilai
yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan bukan
nilai pasar;
c.
Klasifikasi
dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio;
d.
Metode
pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh
perusahaan yang berbeda.
3.
Jika
data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio.
4.
Sulit
jika data yang tersedia tidak sikron.
5.
Dua
perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai
tidak sama. Oleh karena itu, jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan
kesalahan.
2.2.7.
Laporan
Keuangan Sebagai Informasi Dalam Menilai Kinerja Perusahaan
Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan
perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan
manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai
kepentingan dengan data keuangan perusahaan.
Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan merupakan salah satu informasi
yang dapat digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan
adalah pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari
proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena
menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas dari
kegiatan perusahaan. Laba merupakan salah satu indikator kinerja suatu
perusahaan. Penyajian informasi laba merupakan fokus kinerja perusahaan yang
penting. Para investor dan manajer akan melihat kinerja perusahaan berdasarkan
kinerja keuangan dan kinerja operasional dari perusahaan.
Kinerja operasional perusahaan merupakan kinerja yang diperoleh perusahaan
dengan menggunakan modal tetap perusahaan tanpa adanya hutang. Hal ini
ditunjukkan melalui besar kecilnya laba operasional bersih setelah pajak /
NOPAT (Net Operating Profit After Tax)
yang diperoleh perusahaan. Sedangkan kinerja keuangan perusahaan merupakan
kinerja yang diperoleh dari kinerja perusahaan dengan menggunakan hutang.
Oleh karena itu, penggunaan hutang diharapkan dapat meningkatkan kinerja
perusahaan. Jika hutang yang digunakan dapat meningkatkan kinerja perusahaan,
maka penggunaan hutang memberikan manfaat bagi perusahaan.
Penggunaan laporan keuangan sebagai aspek penilaian kinerja didasarkan atas
informasi akuntansi, yang mencerminkan nilai sumber daya yang diperoleh
perusahaan dari bisnisnya dan juga yang dikorbankan oleh para manajer untuk
menjalankan aktivitas bisnis perusahaan.
Kinerja perusahaan diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan
perusahaan karena setiap kegiatan tersebut memerlukan sumber daya, maka kinerja
perusahaan akan tercermin dari penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan
perusahaan. Pentingnya laporan keuangan sebagai informasi dalam menilai kinerja
perusahaan, mensyaratkan laporan keuangan haruslah mencerminkan keadaan
perusahaan yang sebenarnya pada kurun waktu tertentu. Sehingga pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan perusahaan akan menjadi tepat, dengan demikian
pemegang saham dapat menjadikan laporan keuangan sebagai informasi yang berguna
dalam pengambilan keputusannya sebagai pemegang saham perusahaan. Salah satu
bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja
perusahaan adalah berupa rasio-rasio keuangan perusahaan untuk perioda
tertentu. Dengan rasio-rasio keuangan tersebut akan tampak jelas berbagai
indikator keuangan yang dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan
maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu perioda tertentu.
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari perbandingan dari satu pos
laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan.
Analisis laporan keuangan khususnya memperhatikan pada penghitungan rasio
keuangan agar dapat mengevaluasi keadaan pada masa lalu, sekarang dan proyeksi
hasil di masa datang.
Pada dasarnya angka-angka rasio dapat digolongkan menjadi dua golongan.
Golongan pertama adalah angka-angka rasio yang didasarkan pada sumber data
keuangan dimana unsur-unsur angka rasio tersebut diperoleh, dan golongan kedua
adalah angka-angka rasio yang disusun berdasarkan tujuan penganalisa dalam
mengevaluasi perusahaan.
2.2.8.
Hubungan antara Rasio Keuangan dengan Laba
Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari suatu proses dengan
mengorbankan berbagai sumber daya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah
laba. Laba bagi perusahaan sangat diperlukan karena untuk kelangsungan hidup
perusahaan. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan
operasional.
Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber
daya. Sumber daya perusahaan tercantum di dalam neraca, dan hubungan antara
unsur-unsur yang membentuk neraca dapat ditunjukkan oleh rasio keuangan. Rasio
keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan
suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu. Dengan demikian, rasio
keuangan bermanfaat untuk menentukan kekuatan hubungan rasio keuangan dengan
fenomena ekonomi. Laba dapat memberikan sinyal yang positif mengenai prospek
perusahaan di masa depan tentang kinerja perusahaan.
Dengan adanya pertumbuhan laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun,
akan memberikan sinyal yang positif mengenai kinerja perusahaan. Pertumbuhan
laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik.
Karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi
laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan.
Dengan demikian apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka pertumbuhan laba
perusahaan juga baik.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa hubungan antara analisis rasio keuangan dengan kinerja keuangan adalah
dengan menggunakan analisis rasio keuangan maka perusahaan dapat merencanakan
dan mengatur segala kebutuhan perusahaan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan
dalam mencapai dan meningkatkan apa yang di cita-citakan perusahaan.
2.3.
Penelitian
Sebelumnya
Beberapa
penelitian mengenai manfaat rasio keuangan sudah pernah dilakukan sebelumnya.
Penelitian tersebut antara lain telah dilakukan oleh O’Connor (1973) meneliti
kegunaan rasio keuangan untuk menentukan keuntungan saham, dengan variabel 10
rasio keuangan dengan sampel 127 perusahaan. Analisis dilakukan dengan cara univariate
dan multivariate dan ditemukan 5 rasio kategori profitabilitas
mempunyai hubungan yang kuat untuk memprediksi keuntungan saham.
Beaver (1966)
dalam Meriewati (2005) dan Hidayat (2009), mengungkapkan bahwa rasio keuangan
secara signifikan berhubungan dengan dalam Meriewati (2009) kebangkrutan
perusahaan. Penelitian ini dilanjutkan oleh Altman (1986) dalam m dalam Hidayat
(2009) yang mengungkapkan bahwa rasio
keuangan dari profitalibitas, liquiditas dan dan solvency yang memprediksi
kebangkrutan perusahaan.
Ou dan Penman
(1989) dalam Meriewaty (2005) memprediksi keuntungan saham dengan 68 rasio
keuangan dengan stepwise regression. Hasil seleksi menunjukkan terdapat
16 rasio keuangan untuk periode 1965 – 1972 dan 18 rasio keuangan untuk periode
1973 – 1977 yang signifikan untuk memprediksi keuntungan saham. Ditemukan bahwa
informasi akuntansi (rasio keuangan) mengandung informasi fundamental yang
tidak tercermin dalam harga saham. Rasio keuangan terbaik dalam memprediksi
laba mendatang adalah rasio profitabilitas.
Di Indonesia
sendiri, Machfoedz (1994) dalam Hidayat (2009) menggunakan rasio keuangan dalam
memprediksikan laba. Asyik dan Soelistyo (2000) dalam Meriewaty dan Astuti
(2005) mengungkapkan dalam penelitiannya menggunakan 21 rasio keuangan dalam
memprediksi laba dengan menggunakan metode discriminant analysis. Adapun
sampel penelitian menggunakan perusahaan manufaktur dengan perioda penelitian
tahun 1995-1996. Hasil penelitiannya adalah 5 rasio keuangan merupakan discriminator
yang signifikan dalam memprediksi laba di masa yang akan datang.
Selain itu,
Asmanah (2009) menggunakan rasio laverage, rasio liquiditas dan rasio
solvabitilas untuk menilai kinerja keuangan perusahaan kosmetik yang go publik
untuk periode 2005 sampai 2007. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kinerja
keuangan semua perusahaan kosmetik profit dan solvabel.
2.4.
Kerangka
Berpikir
·
Current
Ratio
·
Quick
Ratio
·
Working
Capital to Total Assets
·
Gross
Profit Margin
·
Net
Profit Margin
·
Operating
Profit Margin
·
Retunt
On Invesmen
·
Retunt
On Equity
|
Operating
Profit (OP)
|
Earning
After Tax (EAT)
|
Gambar 2-1 : Kerangka Berpikir
2.5. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas maka hipotesis
untuk penelitian ini adalah
H01 : Current Ratio, Quick Ratio, Working
Capital to Total asset tidak berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan kosmetik dan household yang terdaftar di BEI.
Ha1 : Current Ratio, Quick Ratio, Working
Capital to Total asset berpengaruh terhadap kinerja perusahaan kosmetik dan
household yang terdaftar di BEI.
H02 : Gross Profit Margin, Net Profit
Margin, Operating Profit Margin, Return On Investment, Return On Equity, tidak
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan kosmetik dan household yang terdaftar
di BEI.
Ha2 : Gross Profit Margin, Net Profit
Margin, Operating Profit Margin, Return On Investment, Return On Equity
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan kosmetik dan household yang terdaftar
di BEI.
|
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Objek dan ruang
lingkup penelitian
Penelitian merupakan suatu proses yang
sistematis yang dilakukan melalui langkah langkah untuk memecahkan permasalahan
yang sedang diteliti. Untuk memecahkan permasalahan yang sedang diteliti maka
dibutuhkan data-data yang akurat dan up
to date. Penelitian ini berlokasi pada perusahaan-perusahaan kosmetik dan
household yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Objek yang diteliti dalam penelitian
ini merupakan laporan keuangan yang
diterbitkan oleh perusahaan kosmetik dan household yang digunakan untuk menganalisis
rasio-rasio yang akan diteliti.
3.2. Sampel dan Data
Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yaitu data
laporan keuangan perusahaan berupa neraca dan laporan laba rugi perusahaan
kosmetik dan household yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
2007 sampai 2009. Prosedur
dalam menentukan sampel penelitian ini adalah menggunakan pendekatan non probability random sampling dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu populasi yang akan dijadikan
sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai
dengan yang dikehendaki oleh peneliti. Kriteria yang diajukan adalah sebagai
berikut:
1.
Perusahaan
tersebut termasuk kelompok perusahaan kosmetik dan household yang telah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2.
Perusahaan
mempublikasikan laporan keuangan triwulan selama periode 2007 sampai 2009.
Berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan maka peneliti mengambil 3 (tiga) perusahaan untuk
dijadikan sampel penelitian dari 4 (empat) perusahaan yang menjadi populasi
penelitian.
Adapun peusahaan yang
akan dijadikan sampel adalah sebagai berikut:
Tabel
3.1
Perusahan
Kosmetik dan Household yang Menjadi Sampel Penelitian
No
|
Kode
|
Nama
Perusahaan
|
1
|
TCID
|
PT.
Mandom Indonesia, Tbk
|
2
|
MRAT
|
PT.
Mustika Ratu, Tbk
|
3
|
UNVR
|
PT.
Unilever Indonesia, Tbk
|
Sumber: idx statistik, 2008
3.3. Teknik Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini
menggunakan teknik Library Research
yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengkajian terhadap buku-buku,
jurnal-jurnal, artikel-artikel dan laporan keuangan serta melalui situs website
yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Data sekunder tersebut didapat dari website
resmi Bursa efek Indonesia dan di download melalui alamat www.idx.co.id.
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah gabungan data cross
section untuk beberapa jenis perusahaan dari satu periode yang sama dan
data time series (runtut waktu), yang
diistilahkan dengan data pooled cross
section-time series.
3.4. Definisi
Operasional Variabel
Berdasarkan hipotesis yang telah disusun,
maka variabel yang diperhatikan dalam penelitian ini dapat didevinisikan
sebagai berikut:
a. Operating
Profit sebagai variabel dependen pertama
(Y1), yaitu laba usaha sebelum bunga dan pajak atau sering disebut
EBIT.
b. Earning
After Tax (EAT) sebagai variabel
dependen kedua (Y2) yaitu jumlah keuntungan/laba yang didapat
setelah pajak.
c. Current
Rasio sebagai independen variable (variabel bebas)/ (X1)yaitu Rasio yang
menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban lancar.
Rumusnya adalah
d. Quick Ratio sebagai independent variable (X2)
yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan membayar hutang jangka pendek dengan
aktiva lancar yang lebih liquid. Rumusnya adalah
e. Working Capital to Total Assets sebagai independent
varable (X3) yaitu rasio yang menunjukkan likuiditas dari total
aktiva dan posisi modal kerja. Rumusnya adalah
f. Gross Profit Margin sebagai independent varable (X4)
yaitu rasio yang menunjukkan laba bruto per rupiah penjualan. Rumusnya adalah
g. Net Profit Margin sebagai independent variable (X5)
yaitu rasio yang menunjukkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Rumusnya
adalah
h. Operating Profit Margin sebagai independent variable (X6)
yaitu rasio yang menunjukkan keuntungan sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan
dari setiap rupiah penjualan. Rumusnya adalah
i.
Return On
Invesment sebagai independent variable (X7) yaitu rasio yang
menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Rumusnya adalah
j.
Return On Equity sebagai independent
variable (X8) yaitu rasio yang menunjukkan berapa persen diperoleh
laba bersih diukur bila diukur dari modal pemilik. Rumusnya adalah
3.5. Metode Analisis
Data
3.5.1. Model Statistik
Untuk mengetahui tingkat pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen, digunakan model analisis dalam
bentuk persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
EAT = α + b1CR
+ b2QR + b3WCTA + b4GPM + b5NPM + b6OPM
+ b7ROI +b8ROE
OP = α + b1CR
+ b2QR + b3WCTA + b4GPM + b5NPM + b6OPM
+ b7ROI + b8ROE
Dimana:
EAT
= Earning After Tax ( Y1)
OP
= Operating Profit (Y2)
b1
- b8 = koefien regresi
CR
= Current Ratio (X1)
QR = Quick ratio (X2)
WCTA = Working Capital to total Asset (X3)
GPM = Gross Profit Margin (X4)
NPM = Net Profit Margin (X5)
OPM = Operating Profit Margin (X6)
ROI = Return On Investment (X7)
ROE = Return On Equity (X8)
Pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen diuji dengan tingkat kepercayaan
(convident interval) 95% atau signifikan level 5%.
3.6. Uji Asumsi Klasik
Dalam suatu penelitian, kemungkinan
terjadinya masalah dalam analisis regresi cukup sering terjadi dalam
mencocokkan model prediksi ke dalam sebuah model yang telah dimasukkan ke dalam
serangkaiaan data. Masalah ini sering disebut dengan pengujian asumsi klasik
yang didalamnya termasuk pengujian normalitas, multikolinearitas,
heterokedisitas, dan autokorelasi. Pengujian ini juga dimaksudkan agar
persamaan regresi yang dipergunakan dalam masing-masing model analisis memenuhi
kriteria BLUE (Gujaradi 1999 dalam Hidayat 2009), yaitu Best dengan maksud untuk memberikan model analisis yang terbaik; Linear, dan merupakan kombinasi linear
dari data sampel; Unbiased dan juga
memiliki rata-rata atau nilai harapan yang sama dengan nilai sebenarnya; Efficient estimator dan terakhir
memiliki varians yang menimal diantara pemerkira lain yang tidak bias.
3.6.1.
Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel terikat (dependent) dan variabel bebas
(independent) memiliki konstribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui model
regresi yang baik yaitu apabila variabel-variabel yang diteliti mempunyai
konstribusi normal atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan kedua analisis
tersebut yaitu analisis dengan grafik menggunakan grafik normal plot dan uji
statistik dengan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
3.6.2.
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas
adalah terdapatnya lebih dari satu hubungan linear pasti (sempurna). Dimana
suatu keadaaan yang satu atau lebih variabel bebasnya terdapat korelasi dengan
variabel bebasnya yang lain. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari Tolerance Value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF), yaitu
dengan rumus sebagai berikut: (Ghozali 2005:108)
R2/k adalah koefisien determinasi (R2)
berganda ketika Xk diregresikan dengan variabel-variabel X lainnya. Batas Tolerance Value adalah 0,01 dan batas VIF adalah 10.
Dimana ;
Tolerance value < 0,01 atau VIF >
10 terjadi multikolinearitas.
Tolerance value > 0,01 atau VIF <
10 tidak terjadi multikolinearitas
3.6.3.
Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas
muncul apabila kesalahan atau residual dari modal yang diamati tidak memiliki
varians yang konstan dari suatu observasi lain. Gejala heterokedastisitas dapat
diuji dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada scatterplot, dasar pengambilan keputusan
jika ada pola tertentu yang teratur
(gelombang melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heterokedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar diatas angka 0
pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas. (Ghozali 2005)
3.6.4.
Uji autokorelasi
Autokorelasi
adalah korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu.
Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang berurutan antara gangguan atau
distribusi yang masuk dalam regresi (Algifari, 1997). Uji autokorelasi
bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian
data observasi yang diurutkan menurut waktu (time series). Salah
satu pengujian umum yang digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah
dengan memakai uji statistik Durbin-Watson yang dikembangkan oleh J. Durbin dan
G. Watson pada tahun 1951. Menurut Gurajati (2005) dalam Taufik (2009)
pengujian Durbin-Watson atau d statistik
dihitung dengan rumus:
Santono (2000) dalam Hidayat (2009)
menyatakan secara umum dengan menggunakan angka Durbin-Watson bisa diambil
patokan:
1. Angka
D-W dibawah -2 berarti ada autokolerasi positif.
2. Angka
D-W diantara -2 sampai dengan +2 berarti tidak ada autokolerasi.
3. Angka
D-W diatas +2 berarti ada autokolerasi.
3.7.
Pengujian
Hipotesis
Untuk
pengujian hipotesis, sejauh mana rasio-rasio keuangan (likuiditas dan
profitabilitas) mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dari model yang telah
dirumuskan yaitu:
EAT = α + b1CR
+ b2QR + b3WCTA + b4GPM + b5NPM + b6OPM
+ b7ROI +b8ROE
dan
OP = α + b1CR
+ b2QR + b3WCTA + b4GPM + b5NPM + b6OPM
+ b7ROI + b8ROE
Model analisis ini akan dilakukan uji
model dengan data yang ada sehingga diyakini bentuk persamaan modal yang pasti.
Dari persamaan model tersebut akan dihitung R2 (coefficient of determination) yang menunjukkan persentase dari
variasi variabel Earning After Tax
(EAT) dan Operating Profit (OP) yang
mampu dijelaskan oleh model. Uji koefisien determinan (R2) , melihat
berapa proporsi variasi variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi
variabel terikat dengan bantuan software statistik SPSS nilai koefisien
determinasi (R2) ini diperoleh.
Selanjutnya setelah nilai koefisien
determinasi diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan uji statistik untuk
melihat pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat
yaitu dengan menggunakan:
1. Uji
t statistik, untuk menguji pengaruh secara parsial variabel-variabel bebas
terhadap variabel terikat dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstant,
dengan tingkat keyakinan 95% (α = 0,05). Kinerja pengujian yaitu:
Jika t hitung
> t tabel maka H0
ditolak dan Ha diterima.
Jika t hitung
< t tabel maka Ha
ditolak dan H0 diterima.
2. Uji
F statistik, untuk menguji pengaruh secara simultan variabel-variabel bebas
terhadap variabel terikat dengan tingkat keyakinan 95% (α = 0,05). Kinerja
pengujiannya yaitu:
3. Jika
F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan Ha
diterima.
4. Jika
F hitung < F tabel maka Ha ditolak dan H0
diterima.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Asmanah, Nur. (2009).
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Kosmetik Go Public
Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Retrieved
July 03, 2010, from Universitas Pancasakti Tegal Library. (abstract)
Fianka, Vandana. (2008) Pengertian Kinerja.
Retrieved November 12, 2010, from http://fianka.wordpress.com/2008/09/11/pengertian-kinerja/
Ghozali, Imam. (2005). Analisis Multivariate dengan
Program SPSS. Penerbit Badan Pusat universitas Dipenogoro. Semarang
Harahab, Sofyan Syafri.(1997).
Analisis
Kritis Terhadap Laporan Keuangan.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hidayat, Taufik. (2009). Analisis
Rasio Keuangan terhadap Return saham pada perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara
Medan.
Meriewaty, Dian & Astuti Yuli
Setyani. (2005). Analisis Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Kinerja Keuangan Perusahaan
di Industri Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Artikel. Universitas Kristen Duta Wacana.
Munawir. (2004). Analisis Laporan Keuangan.
Penerbit Liberty. Yokyakarta
Riyanto, Bambang.(1991). Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Santoso, Singgih. (2010). Statistik
Parametrik konsep dan aplikasi dengan SPSS. Alex Media Komputindo.
Jakarta.
Setiawaty, Irene.
(2006). Analisis Kinerja Keuangan Empat Perusahaan
"Go Public" Dalam Kelompok Industri Kosmetik Dan Barang Keperluan
Rumah Tangga Periode 1998 – 2002. Tesis. Retrieved July 03, 2010, from
Unika Atma Jaya Database. (abstract)
Setyowati, Retno Tri. (2008). Analisis Rasio Keuangan Untuk
Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Costumer Goods. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sucipto. (2003). Penilaian Kinerja Keuangan.
Retrieved Oktober 12, 2010, from Jurnal Akuntansi Usu Digital Library.
Pranata,
Yudha.(2007). Pengaruh
Penerapan Corporate Governance Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan.
Sripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Purwonugroho. (2009). Rasio
keuangan. Retrieved Oktober 12, 2010, from http://www.purwonugroho.co.cc/2009/06/rasio-keuangan.html
38
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar